Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak tergelincir 0,3 persen pada awal perdagangan Jumat (19/4). Gara-garanya, Amerika Serikat (AS) memberikan sinyal kenaikan suku bunga acuan berlangsung lebih lama.
Selain itu, meredanya ketegangan di Timur Tengah turut mengurangi kekhawatiran pasar tentang pasokan. Mereka juga mengabaikan sanksi terhadap Venezuela dan Iran.
Minyak mentah berjangka Brent turun 23 sen atau 0,3 persen menjadi US$86,88 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka WTI AS turun 25 sen atau 0,3 persen ke level US$82,48 per barel.
Data ekonomi AS menunjukkan jumlah warga yang mengajukan klaim pengangguran baru tidak berubah pada tingkat yang rendah pada minggu lalu. Hal ini menunjukkan berlanjutnya penguatan pasar tenaga kerja.
Data ini memperkuat pandangan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama, yang dapat mengurangi permintaan minyak.
AS juga menjatuhkan sanksi kepada minyak Venezuela dengan tidak memperpanjang izin bagi negara tersebut menjual minyak ke pasar global.
Gedung Putih juga menghukum Iran imbas serangan ke Israel. Namun, AS mengecualikan minyak Iran dari sanksi ekonominya.
Kamis (18/4) kemarin, Goldman Sachs merevisi perkiraan harga minyak mentah Brent pada paruh kedua 2024 dari US$85 per barel menjadi US$86 per barel.
“Goldman Sachs memperkirakan harga akan berkonsolidasi dalam beberapa bulan mendatang karena peningkatan yang didorong oleh permintaan dari penurunan persediaan kuartal III-2024. mengimbangi moderasi dalam premi risiko,” kata analis Goldman dalam sebuah catatan, dikutip Reuters.
(pta/pta)