Nestle mengklaim berhasil mengurangi 11 persen gula tambahan pada produk bubur bayi di seluruh dunia.
Hal ini diutarakan merespons tudingan bahwa produk Nestle memakai gula berlebih yang berbahaya bagi kesehatan anak, terutama yang dipasarkan di negara-negara miskin dan berkembang.
Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia Sufintri Rahayu mengatakan pihaknya telah melakukan upaya signifikan untuk mengurangi gula di seluruh portofolio.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah berhasil mengurangi sebanyak 11 persen jumlah total gula tambahan pada produk bubur bayi kami di seluruh dunia,” melalui keterangan resmi, Kamis (18/4).
Wanita yang akrab disapa Fifin itu menuturkan Nestle telah beroperasi selama lebih dari 50 tahun di Indonesia. Pihaknya pun berkomitmen untuk terus mendukung kesehatan masyarakat dengan menghadirkan produk makanan dan minuman bergizi.
Menurutnya, komitmen ini sejalan dengan tujuan Nestlé, yaitu menggunakan potensi makanan untuk meningkatkan kualitas hidup setiap individu, saat ini dan generasi mendatang.
“Kami ingin menekankan bahwa kami menerapkan prinsip gizi, kesehatan dan keafiatan yang sama di mana pun, yang sejalan dengan pedoman dan regulasi internasional,” kata Fifin.
Ia menyebut hal itu termasuk kepatuhan terhadap persyaratan label dan ambang batas pada kandungan karbohidrat yang mencakup gula. Apalagi, makanan bayi merupakan kategori yang diatur secara ketat.
“Kami menyampaikan secara transparan mengenai produk-produk kami kepada konsumen dan selalu menyatakan total kandungan gula produk kami,” imbuhnya.
Produk Nestle dinyatakan memakai gula berlebih yang membahayakan kesehatan anak. Produk dengan gula berlebih ini, utamanya di pasarkan di negara berkembang dan miskin.
Hal itu disampaikan Public Eye selaku lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Swiss berdasarkan hasil investigasi yang mereka lakukan bersama dengan International Baby Food Action Network (IBFAN) terhadap sejumlah produk Nestle.
Hasil investigasi menunjukkan ada kadar gula tambahan atas produk Nestle yang dijual di negara miskin dan berkembang. Produk utama Nestle yang mereka sorot mengandung gula tambahan adalah Cerelac dan Nido atau biasa disebut Dancow di Indonesia.
Kadar gula tersebut berbeda dengan apa yang dijual di Swiss, tempat asal perusahaan tersebut. Temuan itu menyebut tidak ada gula tambahan dalam produk yang dijajakan di Swiss serta beberapa negara Eropa lain seperti Jerman, Inggris dan Prancis.
“Ada standar ganda (kadar gula) di sini yang tidak dapat dibenarkan,” kata Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Nigel Rollins terkait hasil investigasi, dikutip dari laporan Public Eye dan IBFAN yang dirilis Rabu (17/4).
Lanjut ke halaman berikutnya…